Nanti Pada Suatu Pagi

Wibi Alwi Surya Kuncoro 17.24.00
Nanti pada suatu pagi di beranda rumah yang sederhana, tempat kita berbagi senyum di sepanjang hari, bersama kopi yang kusuka dan teh yang kau cinta, kita akan duduk bersama menghabiskan banyak waktu disana. Membagi segala yang kita punya, atau lebih tepatnya, menikmati segala yang kita punya, karena kenapa pula harus dibagi? Bukankah apa yang milikku, itu juga berarti milikmu.

Ada taman kecil di halaman rumah yang juga kecil -bunga, buah, sayur- apapun isinya, yang indah dan hijau. Ditengahnya air mancur yang membawa gemericik damai, berisi ikan-ikan kecil kesukaanmu. Kau bertanya dimana nanti ikan kesukaanku? Ah, kesukaanmu nanti juga kesukaanku (semoga).


Dan ini nanti yang akan paling kau suka, anak-anak kecil berlarian di dalam taman kecil kita. Kian kesana-kemari mengumbar tawa, menjadi cahaya mata untuk kita bersama. Menjadi pengusir sepi kala kita duduk bersama di beranda. Menjadi sumber segala riang di dalam rumah sederhana kita yang kecil.
“Akankah terbersit sesal di dirimu karena tlah memilih hidup denganku? Pernahkah kau menyesal dengan semua ini?”
Aku akan selalu menanyakan ini untuk kesekian kalinya kepadamu, dengan pertanyaan yang sama. Bukan untuk membuat kau bosan. Tapi sekedar ingin mendengar jawabanmu saja, yang selalu bisa membuatku teduh dan nyaman. Karena aku sebenarnya sudah tahu pasti, setiap rinci kalimat jawaban yang akan kau ucapkan atas pertanyaan ini. Aku hanya ingin mendengar lagi dan lagi, jawaban indahmu itu, yang membuatku kecanduan.

Kemudian setelah tunai jawabanmu, kau akan tersenyum. Hanya tersenyum. Senyum yang dari dulu, entah sejak kapan mulanya aku sendiri lupa, membuat diriku luluh tak berdaya. Membuat aku berkali-kali, lagi dan lagi, jatuh hati padamu.

Dan dari kejauhan, atau mungkin dari dalam rumah kecil kita yang sederhana itu, mengalun lembut lagu kesukaanmu. Kesukaanmu, berarti itu juga lagu kesukaanku kan? Lagu yang selalu kau nyanyikan saat di dapur, di kamar, di ruang keluarga, di beranda, dan dimanapun dirimu. Lagu itu selalu terdendangkan dari bibirmu, lagi dan lagi. Beruntunglah aku, suaramu begitu merdu. What A Wonderfull World  benar-benar mengalun menjadi lagu dan menjadi cerita, What A Wonderfull World.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

* Jangan Meninggalkan Link Aktif
* Silahkan berkomentar dengan Kata Sopan Dan Ber-Etika.
* Terima kasih telah singgah di blog ini.
* Oke jangan pernah bosen singgah di sini :D
EmoticonEmoticon